Profil Desa Kalisari

Ketahui informasi secara rinci Desa Kalisari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Kalisari

Tentang Kami

Profil Desa Kalisari, Rowokele, Kebumen. Mengupas tuntas peran vital Bendungan Pejengkolan yang berada di wilayahnya, sebagai penopang utama irigasi pertanian ribuan hektar, sekaligus sebagai magnet wisata alam yang menumbuhkan pilar ekonomi baru bagi des

  • Lokasi Bendungan Pejengkolan

    Menjadi rumah bagi Bendungan Pejengkolan, sebuah infrastruktur sumber daya air strategis yang berfungsi sebagai pengendali banjir, sumber utama irigasi, dan objek wisata andalan.

  • Ekonomi Berbasis Air yang Multifungsi

    Perekonomian desa ditopang oleh dua pilar utama yang bersumber langsung dari bendungan: sektor pertanian padi sawah yang sangat produktif berkat irigasi teknis, dan sektor pariwisata yang terus berkembang di sekitar area waduk.

  • Pusat Wisata Alam dan Rekreasi Populer

    Kawasan Waduk Pejengkolan di Desa Kalisari telah berkembang menjadi destinasi rekreasi populer untuk kegiatan memancing, berperahu, dan menikmati kuliner, yang sebagian besar dikelola oleh masyarakat setempat.

XM Broker

Di tengah kontur perbukitan Kecamatan Rowokele yang menantang, sebuah hamparan air biru yang luas dan tenang membentang, menjadi oase bagi desa-desa di sekelilingnya. Inilah Waduk Pejengkolan, sebuah infrastruktur monumental yang menjadi jantung kehidupan dan identitas utama dari Desa Kalisari. Sesuai dengan namanya, "Kalisari" atau "inti dari sungai", desa ini telah bertransformasi secara fundamental oleh kehadiran bendungan yang membendung aliran sungai di wilayahnya. Desa Kalisari adalah potret nyata bagaimana sebuah rekayasa teknis mampu mengubah lanskap, melahirkan pilar ekonomi baru dan memberikan kehidupan bagi ribuan jiwa.

Geografi Desa yang Dibentuk oleh Bendungan

Karakter geografis Desa Kalisari tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Bendungan dan Waduk Pejengkolan. Pembangunan bendungan ini secara drastis telah mengubah topografi asli desa, menciptakan sebuah danau buatan yang luas yang kini menjadi ciri khas utama wilayah ini. Desa ini terletak di bagian utara Kecamatan Rowokele, menjadi salah satu desa paling hulu di kabupaten Kebumen.Desa Kalisari memiliki luas wilayah yang sangat besar, yaitu sekitar 502 hektar, di mana sebagian signifikan dari luasan tersebut merupakan area genangan Waduk Pejengkolan. Berdasarkan data kependudukan terbaru, desa ini dihuni oleh 4.518 jiwa. Hal ini menghasilkan tingkat kepadatan penduduk yang relatif rendah, yaitu sekitar 900 jiwa per kilometer persegi, jika menghitung total area termasuk waduk. Pemukiman penduduk terkonsentrasi di area-area tepi waduk dan di lembah-lembah yang subur.Secara administratif, Desa Kalisari berbatasan langsung dengan Desa Redisari di sebelah selatan. Di sisi utara dan barat, wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, sementara di sebelah timur berbatasan dengan Desa Wonoharjo.

Sejarah dan Fungsi Vital Bendungan Pejengkolan

Bendungan Pejengkolan merupakan infrastruktur strategis yang dibangun untuk berbagai tujuan vital. Kehadirannya menjadi solusi atas berbagai persoalan sumber daya air yang sebelumnya dihadapi oleh wilayah Kebumen bagian barat.Fungsi Utama Irigasi: Fungsi paling krusial dari Bendungan Pejengkolan adalah sebagai sumber air untuk irigasi. Air yang ditampung di waduk ini dialirkan melalui jaringan irigasi primer dan sekunder yang mampu mengairi ribuan hektar lahan sawah di Kecamatan Rowokele dan kecamatan-kecamatan lain di bawahnya. Kehadiran irigasi teknis dari bendungan ini telah mengubah pola pertanian dari sistem tadah hujan yang hanya bisa panen sekali setahun, menjadi sistem irigasi yang memungkinkan petani untuk panen dua hingga tiga kali setahun dengan produktivitas yang jauh lebih tinggi.Fungsi Pengendalian Banjir dan Suplesi Air: Selain irigasi, bendungan ini juga berfungsi sebagai pengendali banjir. Pada musim penghujan, bendungan menahan debit air yang berlebih dari hulu, sehingga mengurangi risiko banjir di daerah hilir. Sebaliknya, pada musim kemarau, air yang tersimpan di waduk dilepaskan secara terkontrol (suplesi) untuk menjaga ketersediaan air di sungai dan lahan pertanian.

Dua Pilar Ekonomi dari Satu Sumber Air

Kehadiran Bendungan Pejengkolan secara langsung melahirkan dua pilar ekonomi utama yang menjadi penopang kehidupan masyarakat Desa Kalisari.1. Pertanian Sawah Irigasi yang Produktif: Sektor pertanian mengalami revolusi besar setelah bendungan beroperasi. Desa Kalisari dan desa-desa tetangganya yang sebelumnya merupakan area pertanian tadah hujan, kini berubah menjadi lumbung padi yang produktif. Stabilitas pasokan air menjamin kepastian bagi para petani, meningkatkan hasil panen, dan secara langsung menaikkan tingkat kesejahteraan mereka.2. Pariwisata di Tepi Waduk: Hamparan air yang tenang dengan latar belakang perbukitan hijau secara alami menciptakan daya tarik wisata yang kuat. Dalam beberapa tahun terakhir, kawasan Waduk Pejengkolan di Desa Kalisari telah berkembang menjadi destinasi wisata dan rekreasi yang populer, terutama pada akhir pekan dan hari libur.Berbagai aktivitas dapat dinikmati oleh pengunjung, mulai dari memancing yang menjadi daya tarik utama, menyewa perahu untuk berkeliling waduk, hingga sekadar bersantai menikmati pemandangan. Geliat pariwisata ini secara langsung menumbuhkan ekonomi turunan, seperti warung-warung kuliner (terutama yang menyajikan ikan air tawar hasil tangkapan dari waduk), jasa penyewaan alat pancing, dan retribusi parkir.

Tata Kelola Pemerintahan dan Peran Komunitas

Pemerintahan Desa Kalisari menghadapi dinamika tata kelola yang unik. Di satu sisi, mereka harus berkoordinasi dengan otoritas pengelola bendungan, seperti Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), terkait operasional dan pemeliharaan bendungan. Di sisi lain, pemerintah desa bertugas untuk memaksimalkan manfaat sosial-ekonomi dari keberadaan bendungan bagi warganya.Peran komunitas menjadi sangat sentral dalam pengembangan sektor pariwisata. Melalui wadah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), masyarakat lokal secara aktif terlibat dalam pengelolaan area wisata. Mereka yang mengatur jasa perahu, menjaga kebersihan, dan memastikan keamanan pengunjung. Model pengelolaan berbasis komunitas ini memastikan bahwa pendapatan dari sektor pariwisata dapat langsung dirasakan oleh masyarakat setempat.

Tantangan Pengelolaan Oase Buatan

Meskipun memberikan manfaat yang luar biasa, keberadaan bendungan juga membawa serangkaian tantangan yang perlu dikelola dengan baik.

  • Sedimentasi: Laju sedimentasi atau pendangkalan waduk akibat erosi di daerah hulu menjadi ancaman jangka panjang yang dapat mengurangi kapasitas tampung air bendungan.

  • Pengelolaan Sampah Wisata: Peningkatan jumlah pengunjung berbanding lurus dengan peningkatan volume sampah. Diperlukan sistem pengelolaan sampah yang efektif agar tidak mencemari lingkungan waduk.

  • Keselamatan Pengunjung: Aktivitas di air selalu memiliki risiko. Diperlukan standar operasional prosedur (SOP) yang jelas dan pengawasan yang ketat untuk menjamin keselamatan pengunjung yang berperahu atau beraktivitas di tepi waduk.

  • Peningkatan Kualitas Layanan: Untuk dapat terus bersaing dengan destinasi wisata lain, diperlukan peningkatan kualitas layanan secara berkelanjutan, mulai dari kebersihan fasilitas hingga keramahan para pelaku usaha.

Visi masa depan Desa Kalisari adalah mengembangkan potensi wisatanya secara lebih profesional dan terintegrasi. Pembentukan BUMDes yang secara khusus mengelola unit usaha pariwisata dapat menjadi langkah strategis. Pengembangan atraksi baru seperti festival perahu hias, lomba memancing tingkat kabupaten, atau bahkan pengembangan area perkemahan dapat meningkatkan daya tarik destinasi ini.Sebagai kesimpulan, Desa Kalisari adalah sebuah monumen hidup tentang bagaimana sebuah intervensi rekayasa manusia dapat secara drastis mengubah takdir sebuah wilayah dari agraris tadah hujan menjadi lumbung pangan dan pusat rekreasi. Masa depan kemakmuran desa ini akan sangat bergantung pada kemampuan masyarakat dan pemerintahnya untuk secara bijaksana dan berkelanjutan mengelola anugerah ganda dari Bendungan Pejengkolan: sebagai sumber air yang menghidupi sawah, dan sebagai sumber keindahan yang menghidupi pariwisata.